Jumat, 09 November 2018

Sintesis senyawa obat yang memiliki pusat kiral

A. Senyawa Kiral
Senyawa Kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada karbon tetravalent, menghasilkan molekul asimetris yang mana atom karbon sebagai pusat asimetrisnya. Gambar berikut menunjukkan dua isomer optik yang membuktikan adanya ligan yang berbeda disekitar pusat kiral (Fanali S).
Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Diastereomers pada umumnya memiliki paling tidak dua pusat asimetris (satu diantaranya mempunyai konfigurasi yang sama) dan bukan merupakan bayangan cerminnya. Sebagian besar umumnya pusat kiral adalah diwakili oleh karbon tetrahedral, meskipun atom lain, seperti nitrogen, sulfur, dan phosphate, bisa ditemukan dalam stereoisomer. Senyawa yang memiliki sedikitnya dua enantiomer adalah senyawa kiral (Fanali S).
Sifat utama dari stereoisomer adalah diwakili oleh perputaran cahaya terpolarisasi kearah yang berbeda, berlawanan arah jarum jam (levo) dan searah jarum jam (dektro) atau L(-)- isomer dan D(-)- isomer. Menurut ketentuan Fischer, secara luas senyawa gula dan asam amino menggunakan symbol D dan L, dan hal ini berdasarkan pada perbandingan dengan senyawa +(-)-gliseraldehide dan saat ini digunakan juga ketentuan Cahn-Ingold-Prelog menggunakan R da S.

Prelog menggunakan R da S.
Rotasi optik untuk dua enantiomer dalam campuran rasemik adalah  sama (tidak memutar arah cahaya polarisasi). Sementara untuk diastereomer  tidak sama dengan enantiomer, diastereomers mungkin memiliki  perbedaan titik didih, titik beku dan atau kelarutan (Fanali S).
Pemisahan enantiomer dari rasemat, dengan kata lain pemisahan rasemat, adalah masalah biasa dalam penelitian stereokimia seperti halnya pada preparasi senyawa aktif biologi dalam obat. Masalahnya adalah berbeda dengan diastereomer dan tipe jenis isomer lainnya, enantiomer menunjukkan sifat fisika kimia yang sama (Davankov V.A.).
B. Penentuan Konfigurasi Enantiomer (Cairns D, 2004)
1. Ketentuan Fischer
Dengan mengunakan Proyeksi Fischer, sistem penggambaran konfigurasi gugus disekitar pusat kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau gugus yang menempel pada karbon kiral), yaitu konvensi D dan L. Metode  ini banyak digunakan dalam biokimia dan kimia organik terutama untuk karbohidrat dan asam amino. Gliseraldehida ditetapkan sebagai senyawa standar untuk menentukan konfigurasi semua karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap gliseraldehida dengan rantai karbon digambarkan secara vertical, dengan karbon yang paling teroksidasi (aldehid) berada pada bagian paling atas. Gugus OH pada pusat kiral digambarkan padasisi sebelah kanan untuk isomer D dan sisi sebelah kiri untuk isomer L. Ini berarti setiap gula yang memiliki stereokimia yang sama dengan D-gliseraldehida termasuk gula seri D (misalnya D-glukosa), sedangkan gula yang memiliki stereokimia yang sama dengan L-gliseraldehida termasuk gula seri L.
Situasi ini analog  untuk asam amino, jika proyeksi Fischer digambarkan (rantai karbon vertikal dengan atom karbon yang paling teroksidasi berada paling atas), maka semua asam amino “alami” yang ditemukan dalam protein manusia, diketahui memiliki gugus NH3+pada posisi sebelah kiri proyeksi Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida, sehingga asam-asam amino ini dikenal sebagai asam amino seri L.  Hal ini sangat menguntungkan dan bermanfaat dibidang kesehatan, khususnya bidang Farmasi dalam hal rancangan obat dengan uji toksisitas selektif, di mana diketahui asam amino pada mikroorganisme memiliki konfigurasi yang berlawanan yaitu seri D, sebagai contoh Penisillin yang menghambat enzim transpeptidase dalam sintesis dinding sel mikroba, hal ini berhubungan dengan dipeptida D-alanin-D-alanin dari dinding sel mikroba yang mirip dengan  struktur penisillin. Sehingga penisilin tidak toksik terhadap manusia yang memiliki L-alanin dalam protein tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog
Sistem yang paling sukses untuk menunjukkan konfigurasi senyawa-senyawa umum adalah konvensi Cahn-Ingold-Prelog. System ini menggunakan huruf R atau S untuk setiap pusat kiral dalam molekul dan merupakan pilihan untuk menentukan konfigurasi pusat kiral molekul obat. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan, kemudian dilihat susunan gugus mulai dari yang memiliki priotitas rendah (biasanya H). jika urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S (Sinister).
C. Analisis Senyawa Kiral
Pemisahan enantiomer adalah penelitian yang banyak dilakukan dalam analisis kimia, terutama dalam bidang biologi dan farmasi, karena obat kiral diberikan sebagai sebagai salah satu enantiomer  atau sebagai campuran rasemat. Sering kali dua enantiomer dari obat rasemat yang sama memiliki efek farmakologi yang berbeda. Sebagai contoh S(+)-Propanolol sangat lebih aktif dari pada enantiomernya. Anastetik ketamin diberikan sebagai campuran rasemat, dan S(+)-ketamin lebih potensi dari pada R(-)-ketamin, disamping itu bentuk R(-)- menyebabkan efek setelah operasi. Karena efek samping yang mungkin disebabkan oleh hadirnya component campuran dalam rasemat obat, sehingga saat ini kecendrungan industry farmasi dalam mempersiapkan obat dalam satu enantiomer saja. Bagaimanapun hasilnya dari beberapa obat melalui reaksi stereoselektif atau proses penyiapan pemisahan enantiomer bisa memberikan bahan yang tidak murni. Jadi diperlukan metode analisis yang sensitif karena daya pemisahan yang tinggi, diperlukan untuk mengontrol proses sintesis senyawa kiral untuk sediaan farmasi.
Satu pendekatan dalam pemisahan enantiomer, kadang-kadang ditunjukkan sebagai pemisahan enantiomer secara tidak langsung, melibatkan penggabungan enantiomer dengan reagen kiral tambahan untuk mengubah molekul tersebut menjadi diastereomer. Senyawa diastrereomer tersebut bisa kemudian dipisahkan dengan beberapa tehnik pemisahan akiral (Davankov V.A.).
Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung  biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
Metode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya. Dalam analisis CE proses pemisahan akan tercapai jika analit, di bawah pengaruh pemberian medan listrik, bergerak kearah detektor dengan kecepatan yang berbeda (Fanali S).
Selain metode CE merupakan analisis dengan daya pemisahan dan efisiensi yang tinggi dan dapat dibandingkan dengan metode lainnya, juga memiliki kelebihan lainnya yaitu : (Fanali S)
  1. Volume sampel dan buffer yang diperlukan relatif dalam jumlah kecil
  2. Kolom kiral yang mahal dapat dihindari karena kiral selektor dapat ditambahkan dengan mudah ke BGE (Background Elektrolyte)
  3. Pemisahannya sangat reproduksibel karena buffer dengan kiral selektor dapat diisi ulang saat proses
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran rasemik Contohnya adalah: (Tanujaya H dan Melisa,2009)
1. Obat Thalidomide
Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun 1959-1962 sebagai obat penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Sedikitnya terjadi 2000 kasus kelahiran bayi cacat pada tahun 1960-an. Hal ini merupakan tragedi besar yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah obat-obat kiral.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan berbahaya dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda “+” menyatakan arah rotasi polarimeter sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda “-” menyatakan arah rotasi polarimeter berlawanan arah jarum jam.
3. Tiroksin
Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. (-) Tiroksin meregulasi metabolisme tubuh, sedangkan (+) Tiroksin tidak menghasilkan efek regulasi apa pun.
4. Epinefrin
Epinefrin rasemik merupakan campuran 1:1 d-isomer dan l-isomer epinefrin. Mekanisme aksi epinefrin adalah pada reseptor a adrenergik; terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi udem. Pengurangan udem mukosa larings akan meningkatkan diameter jalan nafas sehingga stridor inspirasi dan retraksi akan berkurang. L-Epinephrine itu sedikitnya sama efektif seperti epinephrine racemic dalam perawatan laryngotracheitis dan tidak membawa resiko / efek samping tambahan. L-Epinephrine juga lebih tersedia di seluruh dunia, lebih murah, dan dapat direkomendasikan untuk mengobati laryngotracheitis.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic agonists (epinefrin) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan levo(—) enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat. Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.
5. Tramadol
Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
Senyawa kiral adalah ketika empat 
ligan yang berbeda terikat kepada karbon 
tetravalent, menghasilkan molekul 
asimetris yang mana atom karbon sebagai 
pusat asimetrisnya. Senyawa kiral 
mempunyai jumlah yang cukup besar dari 
ribuan bahan kimia yang telah digunakan. 
Sebagian masyarakat mungkin kurang 
memperhatikan sifat optis suatu senyawa 
organik, padahal reaksi kimia dalam 
sistem biologis makhluk hidup sangat 
stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer 
akan menjalani reaksi yang berbeda 
dengan stereoisomer pasangannya dalam 
sistem biologis makhluk hidup. Bahkan 
terkadang suatu stereoisomer akan 
menghasilkan produk yang berbeda 
dengan stereoisomer pasangannya dalam 
sistem biologis makhluk hidup (Fendy, 
2007). 
Penelitian mengenai senyawa 
eugenol banyak dilakukan karena sering 
dimanfaatkan dalam berbagai industri 
sehingga diharapkan dalam penelitian ini 
agar didapatkan manfaat metil eugenol 
yang lebih optimal sehingga dapat diubah 
menjadi bahan dasar untuk pembuatan 
senyawa-senyawa yang lebih berdaya 
guna salah satunya senyawa 1-(3,4 
Dimetoksi Fenil)-2-Propanon yang 
merupakan bahan dasar dalam 
pembuatan α-metil DOPA. Didalam dunia 
kedokteran senyawa α-metil DOPA 
digunakan sebagai obat anti Parkinson 
(Widowati, 2011).
Senyawa yang analog dengan 1-(3,4-
dimetoksifenil)-2-propanon yaitu 1-(3,4-
metilendioksifenil)-2-propanon telah dapat 
buat dari safrol melalui adisi dengan asam 
format diikuti dengan hidrolisis dan 
oksidasi dengan piridinium klorokromat, 
PCC. Metode adisi asam format ini sangat 
sederhana untuk dikerjakan dan telah 
dicoba untuk metileugenol dalam 
pembuatan senyawa dasar 1-(3,4-
dimetoksifenil)-2-propanon yang dari 
bahan dasar ini dapat dibuat senyawa 
analog L-alfa- metil DOPA (Sohilait dkk, 
2005).
Penelitian lain tentang sintesis 
metileugenol format yang disintesis 
dengan cara formilasi asam format 
Andriyani (2008) dan sintesis senyawa 3-
(3,4-dimetoksifenil)-1-propanol yang 
disintesis melalui reaksi hidroborasi 
metileugenol menggunakan H3B:dietileter 
pada suhu 0oC dan kondisi inert untuk 
menghasilkan trialkilborana Fatoni (2005), 
serta sintesis senyawa 3-(3,4-dimetoksi 
fenil)-propanol yang disintesis dengan 
reaksi oksidasi menggunakan oksidator 
piridinium klorokromat (Ngadiwiyana, dkk, 
2007). 
Dari sekian banyak turunannya ini 
membuktikan bahwa metileugenol dapat 
dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai 
ekonomis dari cengkeh, terutama 
turunannya yang bersifat senyawa yang 
kiral dari metileugenol salah satunya yaitu 
senyawa (S)-(3,4-dimetoksifenil)-2-
propanol.

Epotilon adalah suatu makrosiklik lakton kelas baru yang menarik oleh karena 
daya aktivitasnya sebagai zat anti kanker. Senyawa makrolida ini diisolasi 
pertama kali oleh kelompok Höfle dari Myxobacterium Sorangium cellulosum 
strain 90 yang diambil dari Sungai Zambezi Afrika Selatan. Berbagai uji
biokimia mengunkapkan bahwa epotilon lebih potensial dibandingkan taksol 
dengan efek samping lebih kecil. Setelah konfigurasi absolut epotilon A (I) dan 
B (2) dipublikasikan oleh Höfle, dan kawan-kawan, total sintesis epotilon dan 
turunanya secara intensif telah dilakukan. Publikasi pertama sintetis epotilon total
oleh Danishefsky dan kawan-kawan, diikuti oleh Nicolou dan kawan-kawan, 
dan Shinzer dan kawan-kawan. Meskipun masing-masing kelompok mempunyai 

strategi tersendiri, ketiga kelompok tersebut menggunakan reaksi-reaksi olefin￾metatesis, makrolaktonisasi, dan aldol sebagai reaksi-reaksi penyambung.
Penelitian berkesinambungan 
terhadap senyawa bahan alam yang 
diikuti dengan penentuan struktur 
menghasilkan bermacam-macam struktur 
dan memiliki arti yang fundamental 
karena potensi farmakologinya, dan 
digunakan untuk pengembangan obat￾obat baru. Senyawa-senyawa bahan alam 
yang hampir tak terbatas jumlahnya 
merupakan suatu tantangan bagi para ahli 
kimia yang bekerja baik dalam bidang 
analitik maupun bidang sintesis. Sintesis 

senyawa bahan alam memiliki keuntungan, yakni umumnya dengan 
biaya murah dan memberikan hasil yang 
dapat direproduksi dengan baik. Selain 
itu, sintesis kimia menonjol karena 
derivatnya dapat diperoleh dengan baik.
Salah satu pengembangan baru dan 
paling penting pada sintesis senyawa 
bahan alam dalam beberapa tahun 
terakhir ini adalah sintesis senyawa bahan 
alam anti-tumor, misalnya Taksol, yang 
diperoleh melalui semi sintesis, 
Tamoksifen dan Karboplatin
sebagaimana juga epotilon (Gambar 1) 
yang baru-baru ini ditemukan [1]. 
Epotilon merupakan tema yang baru, 
menghebohkan, dan menjanjikan dalam 
bidang kimia, biologi, dan kedokteran.

Nama epotilon tersusun dari unit￾unit yang terdapat didalamnya, yaitu: 
epoksida, tiazol, dan keton. Epotilon 
pertama kali ditemukan oleh ilmuan 
kelompok penelitian bioteknologi (GBF) 
Braunschweig yang dipimpin oleh ahli 
mikrobiologi Hans Reichenbach dan ahli 
kimia Gerhard Höfle [2,3]. Epotilon 
diisolasi dari ekstrak jaringan jenis 
Mycobakterium Sorangium Sellulosum
So ce 90 yang pertama kali ditemukan 
pada tahun 1985 di tepi dasar sungai 
Sambesi, Afrika Selatan [4]. Ekstrak 
jaringan dari Mycobakterium ini 
memperlihatkan aktivitas biologi dalam 
tes skrining yang sesuai. Struktur-struktur 
molekul epotilon telah ditetapkan dengan 
metode spektroskopi dan analisis 
kristalografi sinar-X [2,3]. 
Salah satu fenomena yang 
menarik adalah ternyata bahwa walaupun 
epotilon dan taksol mempunyai struktur 
yang berbeda, namun epotilon mengikat 
mikrotubulin pada tempat yang sama, dan 
bahkan dapat menggantikan taksol pada 
daerah ikatannya [5,6]. Pada Tubulin 
assay’s menunjukkan bahwa epotilon A 
(1) aktifitasnya sama dengan paklitaksel, 
tetapi epotilon B (2) ternyata lebih aktif 
2000-5000 kali [4,6]. Sejak penemuan 
mekanisme aktivitas taksol, hampir 20 
tahun yang lalu, epotilon merupakan 
bahan pertama yang memperlihatkan efek 
stabilisasi mikrotubulin yang sama, 
walaupun telah dilakukan penelitian 
secara intensif. Perusahaan Merck telah 
menyelidiki aktifitas epotilon dan taksol 
pada tubulin dan mikrotubulin dan 

memperlihatkan bahwa terjadinya polimerisasi menurun dari urutan berikut 
ini: epotilon B (2) > epotilon A (1) > 
taksol [7,8]. 
Suatu penelitian dari
Altmann,dkk. (2000) [7] terhadap 
aktivitas epotilon sebagai anti-proliferatif
memperlihatkan bahwa epotilon 
merupakan zat penghambat yang kuat 
untuk pertumbuhan sel pada berbagai 
macam sel kanker manusia. Epotilon B 
(2) bekerja lebih kuat daripada 
paklitaksel (6-25 lipat) dan epotilon A (1)
yang juga mempunyai aktifitas yang luar
biasa [7]. Epotilon kemampuannya lebih 
unggul mencegah pembiakan sel kanker 
manusia daripada paklitaksel. Umumnya, 
epotilon dapat digunakan sebagai obat 
kanker biasa sekalipun sel-sel kanker itu 
telah resisten. Aktifitasnya terhadap sel￾sel kanker dan tumor sebagai obat yang 
konstan menunjukkan bahwa epotilon 
memberi arti sebagai klinik yang 
potensial dimasa mendatang [7].
HUBUNGAN STRUKTUR DAN 
AKTIFITAS EPOTILON
Pada awal penelitian mengenai
epotilon, tidak diketahui bagian mana di 
dalam molekul yang relefan dan bagian 
mana yang tidak relefan dengan aktivitas 
biologisnya. Setelah ratusan turunan 
epotilon disintesis dengan waktu yang 
relatif tidak lama, berikut aktifitasnya
[9,10], dapat dijelaskan hubungan antara 
struktur epotilon dan aktifitas 
biologisnya. Gambar 2 menjelaskan suatu 
iktisar hubungan struktur dan aktifitas 
epotilon yang berasal dari data publikasi
[7]. Di dalam struktur epotilon dapat 
ditemukan empat daerah yang sangat 
berguna sehubungan dengan aktifitas 
biologisnya.




Permasalahan
1.dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol. Mengapa Enantiomer (-) dapat menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic ? Bagaimana peran senyawa kiral nya dalam hal tersebut? 

2.Penelitian lain tentang sintesis metileugenol format yang disintesis dengan cara formilasi asam format Andriyani (2008) dan sintesis senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)-1-propanol yang disintesis melalui reaksi hidroborasi metileugenol menggunakan H3B:dietileter pada suhu 0oC dan kondisi inert untuk menghasilkan trialkilborana Fatoni (2005), serta sintesis senyawa 3-(3,4-dimetoksi fenil)-propanol yang disintesis dengan reaksi oksidasi menggunakan oksidator piridinium klorokromat (Ngadiwiyana, dkk, 2007). 
Dari sekian banyak turunannya ini membuktikan bahwa metileugenol dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai 
ekonomis dari cengkeh, terutama turunannya yang bersifat senyawa yang kiral dari metileugenol salah satunya yaitu senyawa (S)-(3,4-dimetoksifenil)-2-propanol. Mengapa dari sekian banyak turunan metileugenol hanya senyawa(S)-(3,4-dimetoksifenil)-2-propanol yang bersifat kiral setelah disintesis, dan apa saja sebenarnya enantiomer dsri senyawa tersebut? 

3.pada sintesis senyawa bahan alam dalam beberapa tahun terakhir ini adalah sintesis senyawa bahan alam anti-tumor, misalnya Taksol, yang diperoleh melalui semi sintesis, Tamoksifen dan Karboplatin sebagaimana juga epotilon (Gambar 1) yang baru-baru ini ditemukan [1]. Epotilon merupakan tema yang baru, menghebohkan, dan menjanjikan dalam bidang kimia, biologi, dan kedokteran.aktivitas epotilon sebagai anti-proliferatif memperlihatkan bahwa epotilon merupakan zat penghambat yang kuat untuk pertumbuhan sel pada berbagai macam sel kanker manusia. Epotilon B bekerja lebih kuat daripada 
paklitaksel (6-25 lipat) dan epotilon A yang juga mempunyai aktifitas yang luar biasa. Epotilon kemampuannya lebih unggul mencegah pembiakan sel kanker manusia daripada paklitaksel. Umumnya, epotilon dapat digunakan sebagai obat kanker biasa sekalipun sel-sel kanker itu telah resisten. Bagaimana hubungan antara struktur biologis dan aktifitas dari epitilon ini sehingga ssinstesis dari senyawa ini bisa digunakan sebagai obat kanker yang resisten? Dan dimana letak pudat kiral dari senyawa ini? 

11 komentar:

  1. Saya akan mencoba menjawab permasalahan 1. Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer
    akan menjalani reaksi yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup. Bahkan
    terkadang suatu stereoisomer akan
    menghasilkan produk yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup (Fendy,
    2007).

    BalasHapus
  2. selamat pagi zelviiiiiii...
    saya akan mencoba menjawab permasalahan no 3.
    Penelitia
    n
    berkesinambungan
    terhadap senyawa bahan alam yang
    diikuti
    dengan
    penentuan
    struktur
    menghasilkan bermacam
    -
    macam struktur
    dan memiliki arti yang fundamental
    karena potensi farmakologinya, dan
    digunakan untuk penge
    mbangan obat
    -
    obat baru. Senyawa
    -
    senyawa bahan alam
    yang hampir tak terbatas jumlahnya .
    akni umum
    nya dengan
    biaya murah dan memberikan hasil yang
    dapat direproduksi dengan baik.
    Selain
    itu, sintesis kimia menonjol karena
    derivatnya dapat diperoleh dengan baik.
    Salah satu pengembangan baru dan
    paling penting pada sintesis senyawa
    bahan alam dalam beber
    apa tahun
    terakhir ini adalah sintesis senyawa bahan
    alam anti
    -
    tumor, misalnya Taksol, yang
    diperoleh
    melalui
    semi
    sintesis,
    Tamoksifen
    dan
    Karboplatin
    sebagaimana juga epotilon
    Nama epotilon tersusun dari unit
    -
    unit ya
    ng terdapat didalamnya, yaitu:
    e
    poksid
    a, tiazol, dan k
    eton. Epotilon
    per
    tama kali ditemukan oleh ilmuan
    kelompok penelitian bioteknologi (GBF)
    Braunschweig yang dipimpin oleh ahli
    mikrobiologi Hans Reichenbach dan ahli
    kimia Gerhard Höfle
    [2,3
    ]
    .
    Epotilon
    diisolasi dari ekstrak
    jaringan jenis
    M y c
    obakterium So
    rangium Sellulosum
    So ce 90 yang pertama kali ditemukan
    pada tahun
    1985 di tepi das
    ar sungai
    Sambesi, Afrika Sela
    tan
    [
    4
    ]
    .
    Ekstrak
    jaringan
    dari
    Myc
    obakt
    erium
    ini
    memperlihatkan aktivi
    tas biologi dalam
    tes skrining yang ses
    uai. Struktur
    -
    struktur
    molekul e
    potilon telah ditet
    apkan dengan
    meto
    de
    s
    pektroskopi
    dan
    analisis
    kristalografi sinar
    -
    X
    [
    2,3
    ]
    .
    Salah
    satu
    f
    enomena
    yang
    menarik adalah ternyata bahwa walaupun
    epotilon dan taksol mempunyai struktur
    yang be
    rbeda, namun epotilon mengikat
    m
    ikro
    tubulin pada tempat yang sama,
    dan
    bahkan dapat
    mengganti
    kan taksol pada
    daerah ikatannya
    [5,6
    ]
    .
    Pada Tubulin
    assay’s menunjukkan bahwa epotilon A
    (
    1
    ) aktifitasnya sa
    ma dengan p
    ak
    litaksel,
    tetapi epotilon B (
    2
    ) ternyata lebih aktif
    2000
    -
    5000 kali
    [
    4,6
    ]
    . Sejak penemuan
    mekanisme aktivit
    as taksol, hampir 20
    tahu
    n yang lalu, epot
    ilon m
    erupakan
    bahan pertama yang mem
    perlihatkan efek
    stabilisasi mikrotubuli
    n
    yang sama,
    walaupun telah dilakukan penelitian
    secara intensif. Perusahaan Merck telah
    menyelidiki aktifitas epotilon dan taksol
    pada t
    ubuli
    n
    dan mikrotubuli
    n
    dan
    memperlihatkan bahwa terjadinya polimerisasi menurun dari urutan berikut
    ini: epotilon B (
    2
    ) > epotilon A (
    1
    ) >
    taksol
    [
    7,8
    ]

    BalasHapus
  3. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
    Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
    Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
    Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
    Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer
    akan menjalani reaksi yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup. Bahkan
    terkadang suatu stereoisomer akan
    menghasilkan produk yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup

    BalasHapus
  4. Saya akan mencoba menjawab permasalahan 1. Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik.

    BalasHapus
  5. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1 yaitu untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
    Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik.

    BalasHapus
  6. shinthari9 November 2018 18.39
    Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
    Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
    Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
    Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
    Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer
    akan menjalani reaksi yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup. Bahkan
    terkadang suatu stereoisomer akan
    menghasilkan produk yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup

    BalasHapus
  7. No
    1. Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik.

    BalasHapus
  8. Saya akan menjawab permasalahan no 2 Penelitian mengenai senyawa
    eugenol banyak dilakukan karena sering
    dimanfaatkan dalam berbagai industri
    sehingga diharapkan dalam penelitian ini
    agar didapatkan manfaat metil eugenol
    yang lebih optimal sehingga dapat diubah
    menjadi bahan dasar untuk pembuatan
    senyawa-senyawa yang lebih berdaya
    guna salah satunya senyawa 1-(3,4
    Dimetoksi Fenil)-2-Propanon yang
    merupakan bahan dasar dalam
    pembuatan α-metil DOPA. Didalam dunia
    kedokteran senyawa α-metil DOPA
    digunakan sebagai obat anti Parkinson
    (Widowati, 2011).
    Senyawa yang analog dengan 1-(3,4-
    dimetoksifenil)-2-propanon yaitu 1-(3,4-
    metilendioksifenil)-2-propanon telah dapat
    buat dari safrol melalui adisi dengan asam
    format diikuti dengan hidrolisis dan
    oksidasi dengan piridinium klorokromat,
    PCC. Metode adisi asam format ini sangat
    sederhana untuk dikerjakan dan telah
    dicoba untuk metileugenol dalam
    pembuatan senyawa dasar 1-(3,4-
    dimetoksifenil)-2-propanon yang dari
    bahan dasar ini dapat dibuat senyawa
    analog L-alfa- metil DOPA (Sohilait dkk,
    2005).
    Penelitian lain tentang sintesis
    metileugenol format yang disintesis
    dengan cara formilasi asam format
    Andriyani (2008) dan sintesis senyawa 3-
    (3,4-dimetoksifenil)-1-propanol yang
    disintesis melalui reaksi hidroborasi
    metileugenol menggunakan H3B:dietileter
    pada suhu 0oC dan kondisi inert untuk
    menghasilkan trialkilborana Fatoni (2005),
    serta sintesis senyawa 3-(3,4-dimetoksi
    fenil)-propanol yang disintesis dengan
    reaksi oksidasi menggunakan oksidator
    piridinium klorokromat (Ngadiwiyana, dkk,
    2007).
    Dari sekian banyak turunannya ini
    membuktikan bahwa metileugenol dapat
    dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai
    ekonomis dari cengkeh, terutama
    turunannya yang bersifat senyawa yang
    kiral dari metileugenol salah satunya yaitu
    senyawa (S)-(3,4-dimetoksifenil)-2-
    propanol.

    BalasHapus
  9. Saya akan mencoba menjawab permasalahan 1. Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik.

    BalasHapus
  10. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1 yaitu untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
    Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik.

    BalasHapus
  11. Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
    Senyawa kiral adalah ketika empat
    ligan yang berbeda terikat kepada karbon
    tetravalent, menghasilkan molekul
    asimetris yang mana atom karbon sebagai
    pusat asimetrisnya. Senyawa kiral
    mempunyai jumlah yang cukup besar dari
    ribuan bahan kimia yang telah digunakan.
    Sebagian masyarakat mungkin kurang
    memperhatikan sifat optis suatu senyawa
    organik, padahal reaksi kimia dalam
    sistem biologis makhluk hidup sangat
    stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer
    akan menjalani reaksi yang berbeda
    dengan stereoisomer pasangannya dalam
    sistem biologis makhluk hidup.

    BalasHapus

Sintesis senyawa obat yang memiliki pusat kiral

A. Senyawa Kiral Senyawa Kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada karbon tetravalent, menghasilkan molekul asimetris y...